Koperasi
yang ada disekitar kita
Ibu
Regina penjual Nasi uduk
Kondisi
perkampungan yang agak terbelakang, dan banyak warga yang menjadi penganggur,
membuat Bu Regina rela berjalan berkeliling kampung untuk menjajakan
programnya.
Keinginannya sederhana, ingin meningkatkan pendapatan warga dan mengusahakan agar masyarakat bisa mengakses dana perbankan. Regina , ibu rumah tangga berusia 30 tahun, tinggal di kampung Irian Jaya, Taman Wisma Asri, Kecamatan Teluk Pucung , Bekasi.
Meski lokasinya tidak jauh dari ibu kota Jakarta, ternyata banyak masyarakat di sana yang masih berada di bawah garis kemiskinan. Banyak wanita di kampungnya yang terpaksa menjadi penganguran. Bahkan, kebanyakan warga di kampung tersebut hanya lulusan sekolah dasar (SD).
Kondisi inilah yang menggerakkan Bu Regina untuk bisa memberdayakan ibu rumah tangga di kampungnya sekaligus meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitarnya.
Bu Regina awalnya hanya berprofesi sebagai penjual nasi uduk biasa, dan hanya menjual makanan ringan biasa. Usaha ini sudah dilakoninya sejak tahun 2004. Usaha tersebut pun kian membesar.
Namun, usahanya masih bersifat rumahan. Usaha dikerjakan sendiri untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Keinginannya sederhana, ingin meningkatkan pendapatan warga dan mengusahakan agar masyarakat bisa mengakses dana perbankan. Regina , ibu rumah tangga berusia 30 tahun, tinggal di kampung Irian Jaya, Taman Wisma Asri, Kecamatan Teluk Pucung , Bekasi.
Meski lokasinya tidak jauh dari ibu kota Jakarta, ternyata banyak masyarakat di sana yang masih berada di bawah garis kemiskinan. Banyak wanita di kampungnya yang terpaksa menjadi penganguran. Bahkan, kebanyakan warga di kampung tersebut hanya lulusan sekolah dasar (SD).
Kondisi inilah yang menggerakkan Bu Regina untuk bisa memberdayakan ibu rumah tangga di kampungnya sekaligus meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitarnya.
Bu Regina awalnya hanya berprofesi sebagai penjual nasi uduk biasa, dan hanya menjual makanan ringan biasa. Usaha ini sudah dilakoninya sejak tahun 2004. Usaha tersebut pun kian membesar.
Namun, usahanya masih bersifat rumahan. Usaha dikerjakan sendiri untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
"Awalnya banyak warga yang pinjam duit ke
saya, sedikit demi sedikit, untuk usaha mereka. Saya pinjami seadanya karena
saya ingin membantu," kata Bu Regina.
Namun karena niatnya tulus ingin membantu, usaha warung nasi milik Bu Regina ini terus berkembang pesat. Kegiatannya meminjamkan uang ke tetangga juga terus dilakoni.
Bagi Bu Gina, panggilan akrabnya, kesuksesan ini juga harus ditularkan ke orang lain sehingga bisa memenuhi keinginannya sejak lama, yaitu bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar rumahnya.
Membentuk koperasi
Awalnya, ide usaha untuk membentuk koperasi tersebut hanya sebuah kebetulan. Sebab, setiap hari Bu Gina sudah terbiasa meminjamkan uang ke warga sekitar, baik untuk kehidupan sehari-hari, maupun untuk mengembangkan usaha mereka masing-masing.
"Masyarakat itu kalau disuruh ke bank rasanya berat sekali; apalagi kalau sudah ditanya, jaminannya apa, usahanya apa. Orang jadi takut duluan mau pinjam dana. Padahal, bunga pinjam dana berapa pun, itu akan dibayar, asal bisa pinjam duit cepat," kenangnya.
Dengan kondisi itu, Bu Gina lantas memberanikan diri membuat koperasi kecil-kecilan, meski belum dilembagakan. Keinginannya cuma satu, ingin memberi akses dana perbankan ke masyarakat dengan cepat.
Alhasil, Bu Gina kemudian ikut pelatihan, menjadi tenaga magang di koperasi hingga tanya-tanya ke dinas yang berkaitan dengan usaha kecil dan fakir miskin.
Pada Maret 2010, Bu Gina mendapat informasi dari Dinas Sosial bahwa ada program dari Kementerian Sosial untuk fakir miskin dalam bentuk Kelompok Usaha Bersama (KuBe).
Bu Gina pun mencari informasi cara mendapatkan dana bantuan dari program tersebut. Lantas Bu Gina mengajukan proposal bantuan program KuBe ke Kementerian Sosial. Gayung pun bersambut, Sukma berhasil mendapatkan bantuan sebesar Rp 30 juta.
"Dana tersebut saya kelola dengan membeli bahan-bahan bangunan untuk memperbesar warung nasi saya. Sisa dananya saya gulirkan untuk membantu usaha-usaha kecil masyarakat seperti toko kelontong, tukang sayur , hingga tukang jait juga" tambahnya.
Namun karena niatnya tulus ingin membantu, usaha warung nasi milik Bu Regina ini terus berkembang pesat. Kegiatannya meminjamkan uang ke tetangga juga terus dilakoni.
Bagi Bu Gina, panggilan akrabnya, kesuksesan ini juga harus ditularkan ke orang lain sehingga bisa memenuhi keinginannya sejak lama, yaitu bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar rumahnya.
Membentuk koperasi
Awalnya, ide usaha untuk membentuk koperasi tersebut hanya sebuah kebetulan. Sebab, setiap hari Bu Gina sudah terbiasa meminjamkan uang ke warga sekitar, baik untuk kehidupan sehari-hari, maupun untuk mengembangkan usaha mereka masing-masing.
"Masyarakat itu kalau disuruh ke bank rasanya berat sekali; apalagi kalau sudah ditanya, jaminannya apa, usahanya apa. Orang jadi takut duluan mau pinjam dana. Padahal, bunga pinjam dana berapa pun, itu akan dibayar, asal bisa pinjam duit cepat," kenangnya.
Dengan kondisi itu, Bu Gina lantas memberanikan diri membuat koperasi kecil-kecilan, meski belum dilembagakan. Keinginannya cuma satu, ingin memberi akses dana perbankan ke masyarakat dengan cepat.
Alhasil, Bu Gina kemudian ikut pelatihan, menjadi tenaga magang di koperasi hingga tanya-tanya ke dinas yang berkaitan dengan usaha kecil dan fakir miskin.
Pada Maret 2010, Bu Gina mendapat informasi dari Dinas Sosial bahwa ada program dari Kementerian Sosial untuk fakir miskin dalam bentuk Kelompok Usaha Bersama (KuBe).
Bu Gina pun mencari informasi cara mendapatkan dana bantuan dari program tersebut. Lantas Bu Gina mengajukan proposal bantuan program KuBe ke Kementerian Sosial. Gayung pun bersambut, Sukma berhasil mendapatkan bantuan sebesar Rp 30 juta.
"Dana tersebut saya kelola dengan membeli bahan-bahan bangunan untuk memperbesar warung nasi saya. Sisa dananya saya gulirkan untuk membantu usaha-usaha kecil masyarakat seperti toko kelontong, tukang sayur , hingga tukang jait juga" tambahnya.
Bu Gina kini terus gencar mempromosikan
koperasinya agar terus bisa melayani warga.
Jumlah orang yang merasakan manfaat dari pemberdayaan masyarakat tersebut antara lain 50 pengusaha kecil, 60 fakir miskin, 30 penjahit konveksi, 13 anak telantar yang mengikuti pelatihan keterampilan, dan 20 ibu yang mengikuti kursus memasak gratis.
Jumlah orang yang merasakan manfaat dari pemberdayaan masyarakat tersebut antara lain 50 pengusaha kecil, 60 fakir miskin, 30 penjahit konveksi, 13 anak telantar yang mengikuti pelatihan keterampilan, dan 20 ibu yang mengikuti kursus memasak gratis.
"Mimpi saya itu sederhana, nantinya bagaimana setiap kecamatan ini harus memiliki koperasi. Saya tahu orang banyak antre ke bank untuk pinjam duit. Tapi kalau syaratnya rumit, mereka yang tidak punya jaminan ini jadi bingung. Padahal yang dipinjam dananya cuma Rp 100.000-Rp 500.000. Paling besar cuma Rp 2 juta," ujarnya.
Agar koperasinya ini bisa berjalan, Bu Gina menggandeng perbankan besar untuk melakukan penyaluran dana. Harapannya, masyarakat tidak mampu yang memerlukan dana taktis dan tidak memiliki jaminan ini bisa keluar dari masalahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar